Tidak Melupakan Rumus Sakti Menulis


SAAT ini sudah cukup banyak jenis tulisan jika ingin dikelompokkan maupun digolongkan. Masing-masing memiliki bentuk dan ciri-ciri tersendiri. Ada tulisan yang berdasarkan kenyataan (non fiksi) dan ada pula khayalan (fiksi), hingga ada juga jenisnya yang berkaitan dengan bisnis, seperti halnya surat penawaran, beragam jenis business letter hingga minutes meeting serta lain sebagainya.

Agar Anda tidak bingung, lupakan dulu jenis-jenis tulisan yang memusingkan kepala itu. Terlalu banyak dan justru akan menimbulkan kerumitan bagi Anda dalam memahami penulisan. Fokuskan dulu tulisan yang akan Anda buat. Karena sebagian besar jenis tulisan tersebut bisa dikatakan baik dan benar bila telah memenuhi rumus baku yang sama, yakni 5W + 1H. Itulah rumus sakti yang menjadi pegangan jurnalis serta banyak penulis. 

Rumus 5W + 1H, terdiri dari  W1= What (apa), W2= Who (siapa), W3= When (kapan), W4= Where (dimana), W5= Why (mengapa) dan H= How (bagaimana). Dalam membahas teori yang berkaitan dengan penulisan, didalamnya melibatkan orang atau benda (who) yang sedang melakukan aktivitas, baik pasif maupun aktif (what), di suatu tempat (where) dan waktu (when) tertentu karena sebab (why) tertentu sehingga menimbulkan efek (how) tertentu serta dalam kondisi objek ditulis.

What (apa), berarti apa yang akan ditulis dan diungkapkan maupun hal apa yang ingin Anda tuangkan dalam tulisan. What ini, dalam rangkaian kata-katanya bisa apa saja dan dapat menentukan 4W lainnya. Who (siapa), artinya siapa tokoh yang jadi peran utama di What.
Buat Anda, yang tidak perlu jadi seorang wartawan maupun orang-orang yang banyak berkecimpung didunia penulisan, untuk bisa menulis sebaik mereka, Who harus menjadi bagian yang berkaitan dengan What. Bilamana bertemu Who yang tidak dikenal target pembaca, maka Anda harus mengupasnya dengan baik serta lebih dalam sehingga jelas keterkaitannya dengan What.

When (kapan) adalah waktu kejadian What. Ini yang seringkali  diabaikan oleh banyak penulis pemula. Entah lupa atau mereka masih belum memahami pentingnya When didalam tulisannya. Kapan kejadiannya akan memberi tambahan informasi dan imajinasi pembacanya. Sementara, Where (dimana) adalah tempat kejadian What. Meski kelihatannya sepele, tempat kejadian ini punya makna. Dari situ akan didapat kata petunjuk mengenai suatu peristiwa.

Sedangkan Why (mengapa) menjelaskan mengapa terjadi What. Ini yang paling menarik. Karena dari rumus Why bisa dikupas dari berbagai sudut pandang sesuai dengan apa yang ditulis. Terakhir, How (bagaimana) memberikan penjelasan bagaimana What terjadi, bagaimana kejadiannya dan lain sebagainya.

Penggunaan Why dan How dalam prakteknya lebih kepada penjabaran suatu tulisan. Mengapa dan bagaimana didalam penulisan mengambil peranan penting guna menjelaskan apa (What), siapa (who), kapan (when) dan dimana (where).  

Dengan menggunakan rumus 5W+1H (what, who, when, where, why dan how), pastinya tulisan Anda dari segi kelengkapan informasi tak akan mengecewakan pembaca. Semua yang dibutuhkan telah terungkap dan jelas. Kalau ada yang kecewa, itu biasanya disebabkan oleh kekurangtepatan mengungkap bagian dari rumus tersebut serta menguraikan tulisannya.

Untuk penulisan, rumus ini bukan hanya untuk menulis  berita, artikel, buku, esai atau tulisan serius lain, bahkan surat lamaran kerja, undangan maupun diskusi-diskusi di berbagai kesempatan, rumus ini amat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan kekuranglengkapan informasi didalam penulisan maupun penyampaiannya.

Menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar cerita, biasanya dari bahasa lain. Menyadur juga diartikan sebagai mengolah hasil penelitian, laporan, dan sebagainya atau mengikhtisarkan. Dengan demikian, menyadur mengandung konsep menerjemahkan secara bebas suatu tulisan dengan meringkas, menyederhanakan, atau mengembangkannya tanpa mengubah pokok pikiran asal. Hal penting yang harus di ketahui dalam menyadur sebuah tulisan, ternyata Anda diperkenankan untuk memperbaiki bentuk maupun bahasa karangan orang lain, misalnya dalam kasus tulisan terjemahan.

Dalam sebuah proses penyaduran karya orang lain, Anda masih tetap berpegang untuk tidak mengubah pokok pikiran asal dari penulis aslinya. Sebagai contoh, ketika Anda akan membuat saduran sebuah cerita, konsistensi yang perlu Anda perhatikan adalah tetap berpegang pada alur dan ide cerita, maupun plot yang ada didalam cerita tersebut. Jangan justru menambahi ide ke dalam cerita itu. Suatu hal yang tidak boleh Anda lupakan dalam menyadur adalah dengan meminta izin, mencantumkan sumber tulisan berikut nama penulisnya.

Kemudian, saat mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu pada penyalinan sebuah bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi merupakan pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang. Hal ini sesuai dengan pandangan J. S. Badudu. Menurutnya, dalam mentranskrip terjadi sebuah penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya sewaktu Anda akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam bentuk tertulis.

Ada beberapa macam transkripsi. Meskipun sangat kental dengan istilah-istilah linguistik, mengingat pentranskripsian memang dekat dengan kajian ilmu fonetik, pengenalan macam-macam transkripsi tentulah menambah wawasan Anda. Namun, secara garis besarnya transkripsi adalah bentuk tertulis dari ucapan sumber. Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau keterangan pers.    
                                             
Dalam mentranskrip, Anda dituntut untuk mendengarkan pembicaraan seseorang yang direkam suaranya, lalu perkataan orang itu dirubah ke dalam bentuk tulisan. Dalam transkip pidato, Anda hanya merubah isi pidato. Sedangkan dalam wawancara maupun keterangan pers, Anda merubah isi dari keduanya yang biasanya berisi pertanyaan dan jawaban dari kita dan nara sumber.

Berkembangnya teknologi dewasa ini, untuk wawancara dan keterangan pers, selain dilakukan bertatap muka langsung juga bisa melalui telepon maupun hand phone. Keterangan pers juga bisa berupa bahan keterangan melalui email maupun faxsimile yang diberikan dari pihak tertentu ke kita maupun media massa, baik cetak maupun elektronik.
Proses mentranskrip, sama halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa dilakukan dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk keperluan tertentu, biasanya direkam pada tape recorder, HP (hand phone) dan lainnya, disalin dalam bentuk tulisan atau ketik.

Sebuah cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, didalamnya mencakup cara menyajikan sebuah tulisan, pembicaraan ke dalam bentuk tertulis yang tersaji secara ringkas. Sebuah bentuk ringkasan dari tulisan hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi akan sebuah urut-urutan sesuai dengan ide atau gagasan penulis.

Begitu halnya saat Anda menyadur, hal tersebut juga berlaku atau tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan dengan ketiga bentuk ini ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi Anda. Terutama untuk mempertajam pemahaman tentang karya asli. Tambahan lagi, Anda akan menjadi lebih mencermati apa yang dibaca maupun dengar. (*)



Share this article now on :